Jumat, 29 Juli 2011

Story of the Thirteenth LanZa_Twenty Second Story

Twenty Second Story

Hyori vs Nave

Nave : Hyori..a..AWAS! JANGAN MENDEKAT..

Hyori : Coraa dan yang lainnya, kalian pergi saja dulu. Melawan Nave adalah tanggung jawabku.

Coraa : Bagaimana kami bisa pergi sementara zombie-zombie aneh ini mengelilingi kita semua.

Hyori : Hah?

Pasukan zombie yang berjumlah sangat banyak bermunculan dan mengelilingi Coraa dan kawan-kawan. Awalnya mereka semua panik, tapi kini tersenyum kecil seraya mengambil senjata masing-masing.

Coraa : Ayo, kita anggap ini babak pertama. Aku, Tamaa, dan Red akan mengurus zombie di bagian utara.

Sicronizee : Aku, Herzt, dan Despair bagian selatan.

Sacrificee : Aku dan Snatcherr bagian timur.

Snatcherr : Kyaaa~!

Sacrificee : *memukul kepala Snatcherr.

Rivera : Biar aku sendiri saja yang mengurus bagian barat.

Coraa : Hah? Kau yakin?

Red : Jangan remehkan dia, dia itu sebenarnya sangat kuat.

Coraa : Bahkan lebih kuat daripada kau?

Red : Enak saja.

Hyori : Baiklah, lakukan sebaik mungkin! Ini adalah langkah awal untuk masuk ke gerbang dunia kegelapan.

Semuanya : Ya, kami tahu.

Terlihat di bagian utara yang ditangani oleh Coraa, Tamaa, dan Red terjadi pertempuran yang sangat mengerikan. Dengan Athena’s Epee dan Aibon’s Claw milik Coraa dan Red, zombie-zombie itu terpotong menjadi banyak bagian dan potongan-potongan tulang zombie itu akhirnya menjadi serbuk-serbuk kecil oleh nyanyian dari Mille’s Ball yang berubah bentuk menjadi Cleo milik Tamaa. Yah, walau pertarungan di bagian utara berjalan lancar, tapi tetap membutuhkan waktu yang lama karena zombie yang mengelilingi mereka sangat banyak.

Bagian selatan yang ditangani oleh Sicronizee, Herzt, dan Despair juga terlihat lancar. Dengan Aibon’s Chammagon dan Aibon’s Dual Sword milik Herzt dan Despair, mereka memancing para zombie sampai menjadi 1 garis. Dengan Skill terbaru milik Sicronizee bernama “Fire Blast” yang ia dapat dari Survivalee Magina, lawan sebelumnya, ia melempar tombak yang dilapisi oleh aura berwarna ungu dan sekumpulan zombie itu bisa dibilang menjadi “rata” (LOL). Tapi masih banyak kawanan zombie yang tersisa, dan mereka juga membutuhkan waktu yang lama seperti Coraa dan lainnya.

Sementara di bagian timur yang ditangani oleh Sacrificee dan Snatcherr tampak sedikit terdesak karena keduanya merupakan petarung jarak jauh. Tiba-tiba, panah milik Snatcherr terjatuh. Sacrificee yang tidak bisa tinggal diam melihat panah milih sang kekasih terjatuh langsung melindungi Snatcherr yang nyaris diserang oleh zombie-zombie tersebut. Karena keadaan yang terdesak, Sacrificee memeluk Snatcherr. Awalnya Snatcherr sempat senang dan memancarkan aura bahagia ketika dipeluk Sacrificee. Tetapi semua itu langsung lenyap ketika Snatcherr melihat raut wajah Sacrificee yang tampak kesakitan dan tangannya yang memeluk Snatcherr semakin erat. Ternyata zombie-zombie itu mencabik, menyayat, meninju, memukul, menendang, menebas, dan menusuk-nusuk punggung Sacrificee.

Snatcherr : Sa..Sacrificee..?

Sacrificee : Akh! Ka..kamu tidak apa-apa..?

Snatcherr : Sa..Sa..Sacri.. Lepaskan! Kamu tidak perlu melindungiku! Lepaskan, nanti kamu mati!

Sacrificee : Tidak apa..apa.. *tersenyum.

Snatcherr : Lihat dirimu sekarang! Sacrificee! Sudah..lah.. hiks..

Sacrificee : Bodoh, jangan menangis! *berkeringat dingin. Tidak apa-apa, aku akan melindungimu, bodoh.

Snatcherr : Kau yang bodoh. Seharusnya kau tidak perlu melindungiku. Ini salahku yang tidak hati-hati.

Sacrificee : Ini kewajiban..ku.. sebagai..

Ucapan Sacrificee terputus sampai disana. Ia tidak sadarkan diri, mungkin akibat mengeluarkan banyak darah.

Snatcherr : Sa..Sacrificee.. Bangun! Seseorang tolong kami!!

??? : DEEP IMPACT!

Meteor-meteor besar berwarna biru kegelapan berjatuhan dan memusnahkan para zombie tersebut. Orang itu berbalik dan menatap Snatcherr dan Sacrificee.

Rivera : Kau tidak apa-apa?

Snatcherr : Hu..huhu.. Terima kasih telah menolong kami.. Huwaaa.. Sacrificee..

Rivera : Tugasku adalah melindungi putri. Maka melindungi teman-teman putri juga merupakan tugasku.

Snatcherr : Hiks..hiks.. Kau Rivera kan? Tolong, sembuhkan Sacrificee! Ia sudah sekarat karena zombie-zombie tadi!

Rivera : Maaf, tapi aku tidak mempelajari ilmu pengobatan. Lebih baik kita beristirahat saja dulu disini menunggu yang lain. Aku akan menambah darahnya untuk sementara. Cure!

Snatcherr : Ya.. hiks.. Tapi bagaimana dengan bagianmu di barat?

Rivera : Sudah selesai.

Snatcherr : *terdiam.

Dan bagaimana dengan Hyori dan Nave?

Nave yang dikuasai oleh kutukan Shivarivee menjadi seseorang yang penuh dengan aura kegelapan di sekelilingnya. Hyori tampak sedih karena ia harus melawan sahabatnya sejak kecil, juga orang yang sangat ia sayangi. Karena dirinya lah Nave menjadi seperti ini. Ya, mengembalikan Nave seperti semula adalah tanggung jawabnya. Maka ia harus melawan Nave dengan segenap tenaganya.

Nave : DRAGON SLASH!

Sempat terkejut sebentar, tetapi Hyori dapat menghindari serangan tiba-tiba dari Nave. Tapi bagaimanapun juga Hyori bingung. Bagaimana cara membalas serangan-serangan Nave sementara ia tidak tega melukai Nave?

Hyori mengambil langkah pertama, lalu dengan kecepatan mengerikan berlari mendatangi Nave. Tapi ketika Hyori telah mendekati Nave, dengan tombaknya yang panjang Nave menggunakan jurusnya yang kedua. “Tornado Swing”. Hyori tidak pernah melihat jurus itu sebelumnya. Ia melompat tapi tetap saja kakinya terkena tombak yang berputar-putar itu. Sebelum Hyori terjatuh, ia meninju wajah Nave dengan Secra’s Gauntletnya, senjata legendaris urutan ke delapan.

Ketika ditinju oleh Hyori, mata Nave terbelalak. Bukan tersadar kembali sebagai Nave-Myn yang Hyori kenal, tetapi malah bertambah ganas. Matanya membara dan menjadikan Hyori sebagai targetnya untuk dibunuh. Hyori menelan ludah sebentar, tapi.. Yah, Nave tidak dapat dihentikan. Ia dikuasai oleh kegelapan.

Nave : Kau kira kau siapa? Kau berani meninjuku? Aku ini pangeran kegelapan, kau tahu?

Hyori : Bukan..bukan! Kau bukan pangeran kegelapan! Kau Nave-Myn yang benci terhadap ayahmu, Shivarivee!

Nave : Gadis kurang ajar! Beraninya kau menghina Shivarivee sang raja kegelapan! Matilah kau!

Hyori : Nave, kau tidak mungkin bisa membunuhku.

Nave : Hah? Omong ko..

Ucapan Nave kali ini terputus ketika ia melihat kalung yang Hyori kenakan. Kalung bertuliskan “Myn”, yang pada saat itu ia berikan pada Hyori.

Nave : Myn..

Hyori : Nave, sadarlah! Jangan mau dikuasai kegelapan!

Nave : Hyo..ri..

Hyori : Nave, kau sudah sadar?

Nave : Jangan..jangan.. Hyori.. cepat pergi! Shivarivee akan membunuhku, cepat..pergi!

Hyori : A..apa maksudmu..?

Nave : Pergi!

Kebetulan pada saat bersamaan, zombie-zombie di seluruh bagian telah tuntas dibereskan oleh Coraa dan kawan-kawan walau Sacrificee masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tapi sebuah batu besar berbentuk kerucut dengan sudut yang tampak sangat tajam muncul dan terbang melesat mengarah pada Nave. Coraa, Tamaa, Sicronizee, Snatcherr, Red, Herzt, Despair, dan Rivera hanya terdiam melihat kejadian tersebut. Nave hanya bisa pasrah.

JLEB!

Coraa : Ti..tidak..

Tamaa : A..

Sicronizee : Tidak mungkin!

Snatcherr : Ba..bagaimana ini.. kenapa..

Red, Herzt, Despair, and Rivera : Astaga..

Nave : Hyo..HYORI BODOH!

Yang terkena batu berbentuk kerucut tersebut bukanlah Nave, melainkan Hyori yang segera berlari melindungi Nave. Batu berbentuk kerucut dengan diameter kira-kira dua puluh sentimeter menembus perut Hyori. Pada saat-saat terakhir itu, perutnya terasa sangat..sangat sakit. Jauh lebih sakit dibandingkan dengan delapan tahun yang lalu saat ia melindungi Mirage. Tapi kini senyum tulus tergambarkan di wajahnya, karena kali ini ia bisa melindungi Nave, orang yang paling ia sayangi.

Nave : Bodoh! Kenapa kau tidak biarkan saja aku yang mati! Kau sudah cukup menderita sejak delapan tahun yang lalu! Kali ini kenapa kau melindungiku lagi, kenapa!?

Coraa : Ba..bagaimana ini..? Hyori..Hyori.. Sicronizee, sembuhkan dia! Cepat!

Sicronizee : Aku tidak mempunyai kemampuan itu, bodoh! Bagaimana dengan Tamaa? Tamaa, panggil Hades!

Tamaa : A..aku tidak tahu bagaimana cara memanggilnya!

Red : Rivera, tidak adakah yang bisa kau lakukan?

Rivera : Ti..tidak.

Nave : Bodoh! Jawab pertanyaanku!

Suasana menjadi sepi, sunyi. Di tengah-tengah Nave menangis, memangku kepala Hyori yang sedang sekarat. Hyori terus berusaha tersenyum agar tidak membuat Nave sedih.

Hyori : Karena dengan ini aku bisa menebus kesalahanku pada delapan tahun lalu yang membuatmu sengsara disini sampai sekarang, Nave-Myn.

Nave : Siapa bilang aku sengsara? Walau aku sudah bebas, tapi.. tidak ada artinya tanpa kau, Hyori!

Hyori : Kau yang bodoh. Jangan menangis. Aku tidak apa-apa, kok.

Nave : Tidak mungkin kau tidak apa-apa! Huh.. gadis..bodoh..

Hyori : Sudahlah, aku tidak ingin kali ini seperti kejadian delapan tahun lalu, aku tidak ingin melihatmu menangis. Sekarang, kalung ini.. kukembalikan padamu, Nave.

Nave : Aku.. aku.. Hyori.. kau menyebalkan.. Kenapa selalu saja kau yang melindungiku.. *menundukkan kepala seraya menahan tangisannya lagi.

Hyori : Aku sudah pernah mengatakannya. *tersenyum tulus. Aku suka..

Nave : Cukup! Jangan katakan hal itu lagi! Kau hanya boleh mengatakannya apabila kau dalam keadaan sehat.. jadi.. aku mohon.. Hyori, kali ini bertahanlah! Hiks..

Hyori : Kemarilah.. Nave..

Nave : Aku..aku.. *menghapus air mata dan mendekatkan kepalanya ke Hyori, seperti delapan tahun yang lalu.

Dengan kekuatan terakhirnya yang tersisa, Hyori berusaha mengangkat tangannya dan memegang wajah Nave. Ia mendekatkan wajahnya dan mencium Nave. Yaa..siapa sangka ternyata kali ini.. Ia mencium bibir Nave? Mungkin pembaca sedikit terkejut? Yap, Hyori mencium bibir Nave, karena itulah ciuman dari Hyori untuk yang terakhir kalinya, dan juga sebagai penutup. Setelah itu semua tenaga ataupun kekuatan Hyori berpindah ke tubuh Nave. Hyori tidak bertenaga lagi dan terjatuh dalam pelukan Nave. Nave hanya bisa meneteskan air mata sedikit demi sedikit, dan memeluk orang yang selama ini ia sayangi. Menyaksikan orang yang setelah delapan tahun baru berjumpa kembali yang mati di hadapannya sendiri, menyaksikan orang yang selama ini ia sayangi mati demi melindunginya, merasakan tubuh Hyori yang semakin mendingin, dan juga mendapatkan ciuman terakhir perpisahan dari Hyori. Cahaya dalam mata Nave semakin meredup. Ia seperti mendapatkan shock yang luar biasa. Bagaimanapun juga, menyesal juga sudah terlambat. Hyori tidak bisa hidup kembali karena sudah pernah mati sekali. Nave tidak bisa berbuat apa-apa.

Coraa seperti turut merasakan apa yang dirasakan oleh Nave. Ia tersenyum, tapi entah kenapa senyumnya terlihat sedih. Coraa berjalan perlahan dan duduk di samping Nave yang sedang memangku Hyori.

Coraa : Nave, sebagai sesama lelaki aku tahu perasaanmu. Karena aku juga pernah mengalami kejadian yang sama sepertimu.

Tamaa : Hah? *shocked.

Sicronizee : Sst! Diam saja dulu. Sepertinya luka lama di hati Coraa terbuka kembali.

Nave : Apa maksudmu?

Coraa : Namanya Velly Lediz. Anak perempuan dari ketuaku di Thirteenth.

---Dua tahun lalu, di Ares World--

Coraa : Hei, Velly! Jangan bermain disini, bahaya! Jurang ini sangat dalam!

Ya. Pada saat itu Velly sedang bermain-main di tepi jurang. Ia menganggapnya sebagai tantangan, padahal hal tersebut sangat berbahaya. Jurang itu dinamai dengan jurang kesialan, karena setiap kali orang yang pergi kesana selalu mati. Bukan karena jatuh, tapi entah kenapa selalu ditemukan mayat di tepi jurang tersebut.

Ketika itu Velly tetap tidak mau mendengarkanku. Aku berjalan mendekatinya dan berusaha menariknya untuk kembali. Tapi ia tetap saja hanya cengar-cengir, tidak mau mengikutiku.

Velly : Sudahlah, kita harus membuktikan bahwa gosip tentang jurang ini hanya buatan orang saja!

Coraa : Velly, ini sudah sore! Nanti ketua khawatir padamu.

Velly : Hey, disini sangat menarik, kau tahu? Ayolah, sebentar saja!

Coraa : Tidak bisa!

Velly : Kenapa?

Coraa : Aku..mencemaskanmu.

Velly : *memukul dada Coraa. Kau bohong.

Coraa : Aku tidak berbohong. Aku serius.

Velly : Lalu kenapa pada saat aku dimarahi ayah, kau tidak menyelamatkanku?

Coraa : Eh, itu kan berbeda!

Velly : Ya sudahlah. *memeluk Coraa.

Coraa : He..hei, Velly! *wajah memerah.

Velly : Sebentar saja. Ya?

Coraa : … Yah, baiklah. *kembali memeluk Velly.

Velly : Hangat. *tersenyum.

Coraa : Yaa.. kau juga. *wajah memerah seperti tomat.

Velly : Coraa.. kapan kau akan melamarku pada ayahku?

Coraa : *mengelus kepala Velly. Sekarang belum waktunya. Tunggulah, aku pasti akan melamarmu.

Velly : Kau janji?

Coraa : Tentu saja. Ini janjiku padamu.

Velly : Baiklah, akan kutunggu. *tersenyum riang.

Singkat cerita, pada waktu itu aku sudah berpacaran dengan Velly. Pada saat itu aku turut senang ketika melihat wajah Velly yang tersenyum bahagia. Tapi kebahagiaan itu menghilang ketika sebuah jarum beracun jatuh dari langit dan nyaris mengenai bahuku. Velly yang menyadarinya segera melindungiku. Ia terkena racun yang mematikan. Setelah kucoba periksa, racun itu merupakan jenis racun yang termasuk dalam lima kategori racun terkuat. Racun yang mengenai bahu Velly dapat menyebabkan kematian dalam waktu tiga jam, dan tidak mempunyai obat penawar. Aku panik. Sangat panik. Ketika hendak kubawa dirinya kembali ke markas, ia menghalangiku. Ia mengatakan lebih baik menghabiskan waktunya bersamaku pada saat-saat terakhir.

Dalam hati ini masih terasa rasa penyesalan. Seharusnya pada waktu itu aku langsung memaksanya untuk pulang. Dan, kenapa sebagai seorang lelaki aku dilindungi oleh wanita? Seharusnya lelaki lah yang melindungi wanita. Aku malu, dan sedih. Tiga jam terakhir kuhabiskan bersama dengannya di taman bunga yang paling ia sukai. Kata-kata terakhir darinya, “Jangan pernah merasa bahwa kau adalah penyebab semua ini, karena akulah yang datang ke jurang tersebut dan akhirnya aku yang menerima kesialan ini.” Ia bilang, ia ingin dibawa pergi dengan senyum. Yap, pada detik terakhirnya aku tersenyum, dan tersenyum.

---

Nave : Sampai sekarang apa kau masih menyukai Velly?

Coraa : … *tersenyum kecil. Ya.

Tamaa terlihat shock mendengar jawaban Coraa. Ia memegang dadanya yang terasa sangat sakit. Wajahnya tampak ingin menangis. Ia hanya menunduk.

Coraa : Tapi.. mungkin Velly tidak akan memaafkanku karena aku sudah menyukai seseorang yang lain.

Nave : Siapa itu?

Coraa : *menatap Tamaa. Kupikir kau tidak perlu tahu, ini rahasiaku. *tersenyum licik.

Tamaa : *blush!

Nave : Baiklah kalau begitu. Kalian.. pergi saja ke dunia kegelapan terlebih dahulu. Kalian hanya perlu masuk ke dalam gerbang itu. Aku..ingin menemani Hyori.

Coraa : Baiklah. Sicronizee, obati Sacrificee dulu.

Sicronizee : Yo!

??? : Hohoho! Sepertinya kalian tidak boleh masuk tanpa diriku! Biarkan aku menjadi pemandu kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar