Minggu, 19 Agustus 2012

D'Riedest - Second Story




Rheeva : Hey! Jangan lama-lama!
Darka : Umm..I..
Rheeva : Ah sudahlah. Susah sekali bicara dengan orang bisu. *menggelengkan kepala.
Darka : A..a.. *menundukkan kepala.
Rheeva : Hutan ini sangat luas, loh. Kalau tidak cepat-cepat nanti kau akan kutinggal!
Darka : Um, umm..Aaaa!
Rheeva : Heh? Ada apa? Apa yang terja..be..beruang..?
Darka : Hu..hu..a..
Rheeva : Se..sesekali ngomong yang jelas dong. Sebenarnya apa yang sedang kau katakan, sih? *memegang kepala.
Rheeva mengambil pedangnya yang tajam dan tampak seperti baru saja diasah. Dengan santainya iya melancarkan suatu serangan yang tidak terlihat lalu berbalik. Setelah berjalan satu langkah, beruang yang cukup besar itu terbelah-belah hingga tanpa sisa. Tetap sesuai dengan julukannya, darah-darah beruang itu berpencaran entah kemana-mana hingga wilayah sekitarnya penuh dengan darah. Darka hanya menggigit jari melihatnya.
Malam hari pun tiba. Rheeva dan Darka mendirikan dua buah tenda di tengah hutan yang luas tersebut. Satu tenda untuk Rheeva dan satunya lagi untuk Darka. Di depan tenda terdapat sebuah api unggun yang sedang ditatapi oleh Rheeva dan Darka. Rheeva menatap Darka sejenak.
Rheeva : Sebenarnya darimana asalmu? Kenapa kau tidak bisa bicara?
Darka : Aa..
                Darka menggambar suatu pola di tanah. Pola aneh yang tampak sangat asing itu terlihat seperti gambar lingkaran dengan lima buah bintang di dalamnya yang berjajar ke bawah. Di samping kiri dan kanan terdapat bulan sabit. Rheeva yang awalnya masih bingung akhirnya tahu arti pola tersebut.
Rheeva : Jadi kau berasal dari daerah Sivh?
Darka : *mengangguk cepat.
Rheeva : Kenapa kau tidak bisa bicara? Lama-lama aku jadi kesal sendiri *menggaruk-garuk kepala.
Darka : A..aku..
                Rheeva terlompat.
Rheeva : I..itu kau barusan.. Coba, bicara lagi!
Darka : A..
Rheeva : Ah, sudahlah. Aku menyerah. Sekarang sebaiknya kita tidur saja. Besok kita harus segera menuju Gild Town.
Darka : Umm..
                Rheeva masuk ke tendanya tanpa sepatah katapun dan terlelap dalam sekejab. Darka hanya menundukkan kepala saja. Matanya memancarkan kesedihan yang entah berasal darimana. Setelah memandang tenda Rheeva sejenak, ia masuk ke dalam tendanya sendiri dan tidur.
                Pagi hari tiba. Rheeva dan Darka melanjutkan perjalanan hingga keluar dari hutan itu. Mereka berjalan mengikuti papan pengarah jalan. Tiba-tiba, Darka terjatuh.
Darka : Aduh!
                Rheeva kembali terlompat.
Rheeva : Ta..tadi..tadi kau bilang “aduh”, kan?!
Darka : A..a.. Umm..?
Rheeva : ...Ah, sudahlah. Imajinasiku saja. Bodoh sekali aku terus mengharapkan ia dapat berbicara.
                Darka hanya terdiam. Sebenarnya tadi sangat jelas ia mengatakan kata “Aduh”. Kemarin malam ia juga dapat mengatakan “Aku” dengan lancar dan jelas.
Rheeva termenung. Ia mengira bahwa ia akan mendapatkan partner baru yang kuat dan bisa diajak untuk bekerjasama. Tapi ternyata perkiraannya salah. Kuat sih, kuat. Tapi kalau diajak untuk bekerjasama tampaknya sulit.
Setelah berjalan kurang lebih satu kilometer, papan penunjuk berikutnya menunjukkan arah kiri. Tapi ketika menyadari adanya suatu simbol di bagian belakang papan tersebut, Rheeva berbalik. Darka tetap mengikuti dari belakang. Setelah Rheeva perhatikan dengan teliti, ia terjatuh seakan tenaganya hilang. Darka berlari mendekati Rheeva.
Darka : Rhe..A!
Rheeva : Simbol itu..simbol..
Darka : A? *memandangi simbol tersebut.
Rheeva : Hillian. Mereka..ada disini. Akhirnya, akhirnya aku mendapatkan jejak mereka!
Darka : Hi..Hilli..?
Rheeva : Hillian itu suatu organisasi jahat yang besar. Itu organisasi yang harus dihancurkan! Itulah alasan mengapa aku berkelana, yaitu untuk menghancurkan Hillian! Darka, kau mengerti? Jika kau melihat anggota Hillian, jangan segan-segan untuk membunuhnya!
                Darka tampak ketakutan. Tapi akhirnya ia mengangguk.
Rheeva : Ayo, jalan!
                Tidak lama setelah kembali mulai berjalan, akhirnya mereka berdua sampai di Gild Town. Rheeva dan Darka memasuki kota yang tampak sederhana itu dengan santainya. Rumah-rumah besar terdapat di bagian utara kota dan rumah-rumah sederhana di bagian selatan dibatasi dengan sebuah sungai yang panjang dan tampak sangat jernih. Sebuah jembatan yang terbuat dari kayu yang disusun rapi menghubungkan kedua bagian kota ini. Toko senjata, baja, sihir, dan juga obat-obatan berjajar di belakang sebuah penginapan yang sederhana. Di seberang sebelah barat juga terdapat bar yang sederhana tetapi selalu penuh.
                Memang tidak salah jika Gild Town ini disebut-sebut sebagai kota yang sempurna. Bahkan setiap orang yang berpas-pasan selalu bertegur-sapa walaupun dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Kota yang bisa dikatakan mampu menampung lebih dari seratus orang ini memiliki keistimewaan pada penduduknya yang tampak saling mengenal satu sama lain tanpa pengecualian.
                Rheeva dan Darka hanya dapat terkagum-kagum melihat keadaan Gild Town ini. Mereka berjalan ke penginapan dan memesan dua kamar. Ketika mereka sedang berjalan menuju ke kamar masing-masing, Rheeva dengan tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang tampak seumuran dengan dan Darka.
Rheeva : Aduh!
??? : Aw. Maaf, aku tidak lihat ada orang. Kau tidak apa-apa?
                Laki-laki yang ditabrak oleh Rheeva ini memiliki sepasang mata dan alis berwarna biru tetapi rambutnya berwarna biru tua. Matanya runcing seperti kucing tetapi tipis. Ia mengenakan sebuah kaos dan celana panjang hingga tampak normal. Dibandingkan dengan Darka yang bermata merah besar berkacamata dan rambutnya yang berwarna merah tua, sepertinya laki-laki itu tampak sedikit lebih memikat dengan keistimewaan mata kucingnya itu.
Rheeva : Ya, aku baik-baik saja. Permisi.
??? : Tunggu! Kalian berdua tampak asing disini. Apa kalian pengelana?
Rheeva : Apa urusannya denganmu? Harap minggir.
??? : Namaku Sifris. Lengkapnya Sifris Star. Kupikir kalian tahu apa itu Hillian, bukan?
Rheeva : Tahu. Lalu kenapa?
Sifris : Apa kalian tidak tahu bahwa seluruh kota ini sudah dikuasai Hillian?
Rheeva : Setengah tahu. Terus?
Sifris : Kenapa kalian masih mau kesini?
Rheeva : Karena kedatanganku kemari adalah untuk menyingkirkan orang-orang bodoh Hillian itu. Kau mengerti? Sekarang enyah dari hadapanku!
Sifris : Eh sebentar! Apa katamu tadi? Orang Hillian bodoh? Hahaha! Kau gadis yang menarik! Aku suka padamu. Siapa namamu?
Rheeva : Rheeva Bloodist. Dia Darka Warken.
Sifris : Nama kalian berdua menarik. Baiklah, sampai jumpa lain waktu.
Rheeva : Orang aneh.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar