Rabu, 29 Agustus 2012

D'Riedest - Third Story



Rheeva : Dua kamar.
Inn Keeper : Silahkan, ini kuncinya.
Rheeva : Ayo, Darka.
Inn Keeper : Tunggu! Kalian pendatang baru, ya?
Rheeva : Memangnya kenapa?
Inn Keeper : Mungkin kalian belum tahu, tapi berhati-hatilah! Jangan pernah pergi ke kastil yang ada di utara sana!
Darka : U.. Ah..?
Inn Keeper : Hah?
Rheeva : Maaf, dia tidak bisa bicara. Ada apa di kastil itu?
Inn Keeper : Disana markas orang Hillian. Selangkah saja kalian memasuki kastil itu, maka kalian akan dibunuh!
Rheeva : *mengabaikan. Darka, ayo istirahat, besok kita pergi ke sana.
Darka : Ee..?
Inn Keeper : Hei, kau dengar tidak apa yang kukatakan tadi??
Rheeva : Ha? Oh. Terima kasih infonya, sampai jumpa.
                Rheeva dan Darka menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya masing-masing.
Inn Keeper : ... Turut berduka cita untuk mereka.. *mengatupkan kedua tangannya*
                Pagi harinya, Rheeva dan Darka keluar dari penginapan tersebut dan berjalan menuju kastil yang terletak di utara Gild Town ini. Dengan santainya Rheeva memakan roti sebagai sarapan paginya sementara Darka terus melangkah dengan gugup.
Rheeva : Kau kenapa?
Darka : A..A..
                Wajah Darka pucat.
Rheeva : … Kau sakit..?
Darka : A! *menggelengkan kepala*
Rheeva : Atau.. kau takut..?
Darka : Uuu.. *menganggukkan kepala*
                Rheeva menjitak kepala Darka.
Rheeva : Kau kan kuat. Jangan takut, dong! Dasar bodoh.
Darka : Hum.. O!
                Darka menjadi bersemangat. Ia berjalan mendahului Rheeva. Rheeva hanya menghela nafas sejenak lalu kembali menyusul Darka.
Rheeva : Seperti mengurus anak. Haih..
Darka : E?
Rheeva : Oh, tidak ada apa-apa, kok.
                Tak lama kemudian, Rheeva dan Darka sampai di depan pintu kastil tersebut. Dinding kastil yang berwarna hitam ini membuat Darka terdiam. Mulutnya terbuka lebar.
Rheeva : Heh, nanti ada lalat masuk loh. Tutup mulutmu!
Darka : Aa.. A! *menutup mulutnya.
Rheeva : Ayo, masuk.
                Rheeva dan Darka berjalan memasuki kastil yang misterius ini. Berbeda dengan penampilan luarnya, lampu-lampu kristal menyinari seluruh ruangan dalam kastil. Darka terpesona. Menyadari hal tersebut, Rheeva menjitak kepala Darka lagi dan menyeretnya menaiki tangga. Tiba-tiba muncul sekelompok pasukan menghadang dari depan.
??? : Berhenti!
Darka : A..?
Rheeva : Akhirnya muncul lawan juga. Ayo, Darka!
??? : Maju selangkah lagi maka kami tak akan segan-segan!
Rheeva : Siapa takut?
                Kembali dalam sekejab, sekelompok pasukan itu berhasil dilewati Rheeva. Seakan tidak ada yang terjadi, Rheeva kembali berjalan disusul Darka. Menyadari masih ada sosok yang mengikuti dari belakang, Darka mengambil pedangnya lalu berbalik. Ternyata sosok tersebut adalah Sifris, lelaki yang mereka temui kemarin.
Sifris : A.. Astaga. To..tolong turunkan pedangmu Dar..ka..?
Rheeva : Loh? Sifris..? Sedang apa kau disini?
Darka : A.. Umm.. *menundukkan kepala isyarat meminta maaf*
Sifris : Tidak apa-apa. Haha. Kudengar kalian memasuki tempat ini. Aku datang untuk menghentikan kalian.
Rheeva : Hah? Menghentikan? Kalau begitu kau kembali saja sendiri.
Sifris : Loh, kenapa?
Rheeva : Kalau kau mau menghentikanku, aku akan menjadi lawanmu.
                Rheeva memasang wajah seram yang membuat Sifris menjadi pucat dan mengangkat kedua tangannya. Darka kembali terbelalak. Senyum Rheeva yang seperti iblis membuat keringat kedua lelaki ini bercucuran dengan deras.
Sifris : O..oke.. Si..silahkan lanjutkan perjalananmu dengan tenang..
Rheeva : Bagus! Ayo, Darka!
Darka : Um!
Sifris : Tapi aku tidak tenang melihat kalian berdua saja. Bagaimana kalau aku bergabung?
Rheeva : Tidak terima kasih.
Sifris : Loh? Kenapaaa??? Kau mau membiarkanku kembali sendirian?? Bagaimana kalau aku ditangkap?? Kau tidak kasihan kepadaku??
                Darka mendecak kecil. “Cowok sialan, akting murahan! Kau mau merebut cewekku, ya?” Pikir Darka. “Mana mau Rheeva menerima cowok sepertimu!” Lanjutnya.
Rheeva : Ah, ya sudahlah. Tapi aku tidak mau menjamin keselamatanmu.
                “Apa?! Kenapa diterima?! Rheevaa!!!” Teriak Darka dalam hati.
Sifris : Oke! Akhirnya! Hohoho.
Rheeva : Awas kalau kau merepotkan! Loh, Darka, kenapa?
                Darka memeluk tiang di sampingnya. Ia menggelengkan kepalanya.
Rheeva : Ya sudah, ayo jalan!
Sifris : Baik, tuan putri.
                Sifris mencium pipi kanan Rheeva. Rheeva terdiam. Darka yang tidak dapat menerimanya menendang tiang yang dipeluknya lalu bersiap-siap untuk membunuh Sifris.
Darka : KAU.. APA.. YANG.. KAU.. LAKUKAN..?! BERSIAPLAH MENEMUI DEWA KEMATIAN! GROAAAAAAAAARRRR!!
Sifris : Eh? Loh? Uwaaaaa!!
                Darka mengejar Sifris dengan kedua pedangnya. Rheeva yang masih melamun bahkan tidak menyadari bahwa Darka bisa berbicara. Ketika ia sadar, ia mengambil pedangnya lalu bersiap-siap menghadang Sifris yang berlari ke arahnya. Aura yang dikeluarkannya penuh dengan kemarahan yang akan meledak sedikit lagi.
Rheeva : Jadi kau sudah siap untuk menanggung resiko, kan? Hehehe..
Sifris : Ku..kupikir kau tidak perlu semarah i..TUUUU!!! UWAAAA!!
Rheeva : Rasakan! Rasakan! Rasakan!
                Rheeva terus menebas Sifris. Sifris terus berusaha menghindari tebasan-tebasan Rheeva. Dari kejauhan, sesosok makhluk yang besar terus  memperhatikan mereka bertiga. Darka yang menyadari hal tersebut bergegas menuju asal pandangan yang tidak mengenakkan itu. Tanpa disadari, Darka terpisah jauh dari Rheeva dan Sifris.

***

Minggu, 19 Agustus 2012

D'Riedest - Second Story




Rheeva : Hey! Jangan lama-lama!
Darka : Umm..I..
Rheeva : Ah sudahlah. Susah sekali bicara dengan orang bisu. *menggelengkan kepala.
Darka : A..a.. *menundukkan kepala.
Rheeva : Hutan ini sangat luas, loh. Kalau tidak cepat-cepat nanti kau akan kutinggal!
Darka : Um, umm..Aaaa!
Rheeva : Heh? Ada apa? Apa yang terja..be..beruang..?
Darka : Hu..hu..a..
Rheeva : Se..sesekali ngomong yang jelas dong. Sebenarnya apa yang sedang kau katakan, sih? *memegang kepala.
Rheeva mengambil pedangnya yang tajam dan tampak seperti baru saja diasah. Dengan santainya iya melancarkan suatu serangan yang tidak terlihat lalu berbalik. Setelah berjalan satu langkah, beruang yang cukup besar itu terbelah-belah hingga tanpa sisa. Tetap sesuai dengan julukannya, darah-darah beruang itu berpencaran entah kemana-mana hingga wilayah sekitarnya penuh dengan darah. Darka hanya menggigit jari melihatnya.
Malam hari pun tiba. Rheeva dan Darka mendirikan dua buah tenda di tengah hutan yang luas tersebut. Satu tenda untuk Rheeva dan satunya lagi untuk Darka. Di depan tenda terdapat sebuah api unggun yang sedang ditatapi oleh Rheeva dan Darka. Rheeva menatap Darka sejenak.
Rheeva : Sebenarnya darimana asalmu? Kenapa kau tidak bisa bicara?
Darka : Aa..
                Darka menggambar suatu pola di tanah. Pola aneh yang tampak sangat asing itu terlihat seperti gambar lingkaran dengan lima buah bintang di dalamnya yang berjajar ke bawah. Di samping kiri dan kanan terdapat bulan sabit. Rheeva yang awalnya masih bingung akhirnya tahu arti pola tersebut.
Rheeva : Jadi kau berasal dari daerah Sivh?
Darka : *mengangguk cepat.
Rheeva : Kenapa kau tidak bisa bicara? Lama-lama aku jadi kesal sendiri *menggaruk-garuk kepala.
Darka : A..aku..
                Rheeva terlompat.
Rheeva : I..itu kau barusan.. Coba, bicara lagi!
Darka : A..
Rheeva : Ah, sudahlah. Aku menyerah. Sekarang sebaiknya kita tidur saja. Besok kita harus segera menuju Gild Town.
Darka : Umm..
                Rheeva masuk ke tendanya tanpa sepatah katapun dan terlelap dalam sekejab. Darka hanya menundukkan kepala saja. Matanya memancarkan kesedihan yang entah berasal darimana. Setelah memandang tenda Rheeva sejenak, ia masuk ke dalam tendanya sendiri dan tidur.
                Pagi hari tiba. Rheeva dan Darka melanjutkan perjalanan hingga keluar dari hutan itu. Mereka berjalan mengikuti papan pengarah jalan. Tiba-tiba, Darka terjatuh.
Darka : Aduh!
                Rheeva kembali terlompat.
Rheeva : Ta..tadi..tadi kau bilang “aduh”, kan?!
Darka : A..a.. Umm..?
Rheeva : ...Ah, sudahlah. Imajinasiku saja. Bodoh sekali aku terus mengharapkan ia dapat berbicara.
                Darka hanya terdiam. Sebenarnya tadi sangat jelas ia mengatakan kata “Aduh”. Kemarin malam ia juga dapat mengatakan “Aku” dengan lancar dan jelas.
Rheeva termenung. Ia mengira bahwa ia akan mendapatkan partner baru yang kuat dan bisa diajak untuk bekerjasama. Tapi ternyata perkiraannya salah. Kuat sih, kuat. Tapi kalau diajak untuk bekerjasama tampaknya sulit.
Setelah berjalan kurang lebih satu kilometer, papan penunjuk berikutnya menunjukkan arah kiri. Tapi ketika menyadari adanya suatu simbol di bagian belakang papan tersebut, Rheeva berbalik. Darka tetap mengikuti dari belakang. Setelah Rheeva perhatikan dengan teliti, ia terjatuh seakan tenaganya hilang. Darka berlari mendekati Rheeva.
Darka : Rhe..A!
Rheeva : Simbol itu..simbol..
Darka : A? *memandangi simbol tersebut.
Rheeva : Hillian. Mereka..ada disini. Akhirnya, akhirnya aku mendapatkan jejak mereka!
Darka : Hi..Hilli..?
Rheeva : Hillian itu suatu organisasi jahat yang besar. Itu organisasi yang harus dihancurkan! Itulah alasan mengapa aku berkelana, yaitu untuk menghancurkan Hillian! Darka, kau mengerti? Jika kau melihat anggota Hillian, jangan segan-segan untuk membunuhnya!
                Darka tampak ketakutan. Tapi akhirnya ia mengangguk.
Rheeva : Ayo, jalan!
                Tidak lama setelah kembali mulai berjalan, akhirnya mereka berdua sampai di Gild Town. Rheeva dan Darka memasuki kota yang tampak sederhana itu dengan santainya. Rumah-rumah besar terdapat di bagian utara kota dan rumah-rumah sederhana di bagian selatan dibatasi dengan sebuah sungai yang panjang dan tampak sangat jernih. Sebuah jembatan yang terbuat dari kayu yang disusun rapi menghubungkan kedua bagian kota ini. Toko senjata, baja, sihir, dan juga obat-obatan berjajar di belakang sebuah penginapan yang sederhana. Di seberang sebelah barat juga terdapat bar yang sederhana tetapi selalu penuh.
                Memang tidak salah jika Gild Town ini disebut-sebut sebagai kota yang sempurna. Bahkan setiap orang yang berpas-pasan selalu bertegur-sapa walaupun dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Kota yang bisa dikatakan mampu menampung lebih dari seratus orang ini memiliki keistimewaan pada penduduknya yang tampak saling mengenal satu sama lain tanpa pengecualian.
                Rheeva dan Darka hanya dapat terkagum-kagum melihat keadaan Gild Town ini. Mereka berjalan ke penginapan dan memesan dua kamar. Ketika mereka sedang berjalan menuju ke kamar masing-masing, Rheeva dengan tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang tampak seumuran dengan dan Darka.
Rheeva : Aduh!
??? : Aw. Maaf, aku tidak lihat ada orang. Kau tidak apa-apa?
                Laki-laki yang ditabrak oleh Rheeva ini memiliki sepasang mata dan alis berwarna biru tetapi rambutnya berwarna biru tua. Matanya runcing seperti kucing tetapi tipis. Ia mengenakan sebuah kaos dan celana panjang hingga tampak normal. Dibandingkan dengan Darka yang bermata merah besar berkacamata dan rambutnya yang berwarna merah tua, sepertinya laki-laki itu tampak sedikit lebih memikat dengan keistimewaan mata kucingnya itu.
Rheeva : Ya, aku baik-baik saja. Permisi.
??? : Tunggu! Kalian berdua tampak asing disini. Apa kalian pengelana?
Rheeva : Apa urusannya denganmu? Harap minggir.
??? : Namaku Sifris. Lengkapnya Sifris Star. Kupikir kalian tahu apa itu Hillian, bukan?
Rheeva : Tahu. Lalu kenapa?
Sifris : Apa kalian tidak tahu bahwa seluruh kota ini sudah dikuasai Hillian?
Rheeva : Setengah tahu. Terus?
Sifris : Kenapa kalian masih mau kesini?
Rheeva : Karena kedatanganku kemari adalah untuk menyingkirkan orang-orang bodoh Hillian itu. Kau mengerti? Sekarang enyah dari hadapanku!
Sifris : Eh sebentar! Apa katamu tadi? Orang Hillian bodoh? Hahaha! Kau gadis yang menarik! Aku suka padamu. Siapa namamu?
Rheeva : Rheeva Bloodist. Dia Darka Warken.
Sifris : Nama kalian berdua menarik. Baiklah, sampai jumpa lain waktu.
Rheeva : Orang aneh.