Rheeva : Dua kamar.
Inn Keeper : Silahkan, ini
kuncinya.
Rheeva : Ayo, Darka.
Inn Keeper : Tunggu! Kalian
pendatang baru, ya?
Rheeva : Memangnya kenapa?
Inn Keeper : Mungkin kalian
belum tahu, tapi berhati-hatilah! Jangan pernah pergi ke kastil yang ada di
utara sana!
Darka : U.. Ah..?
Inn Keeper : Hah?
Rheeva : Maaf, dia tidak bisa
bicara. Ada apa di kastil itu?
Inn Keeper :
Disana markas orang Hillian. Selangkah saja kalian memasuki kastil itu, maka
kalian akan dibunuh!
Rheeva :
*mengabaikan. Darka, ayo istirahat, besok kita pergi ke sana.
Darka : Ee..?
Inn Keeper :
Hei, kau dengar tidak apa yang kukatakan tadi??
Rheeva : Ha?
Oh. Terima kasih infonya, sampai jumpa.
Rheeva dan Darka menaiki tangga
dan berjalan menuju kamarnya masing-masing.
Inn Keeper :
... Turut berduka cita untuk mereka.. *mengatupkan kedua tangannya*
Pagi harinya, Rheeva dan Darka
keluar dari penginapan tersebut dan berjalan menuju kastil yang terletak di
utara Gild Town ini. Dengan santainya Rheeva memakan roti sebagai sarapan
paginya sementara Darka terus melangkah dengan gugup.
Rheeva : Kau kenapa?
Darka : A..A..
Wajah
Darka pucat.
Rheeva : … Kau sakit..?
Darka : A! *menggelengkan kepala*
Rheeva : Atau.. kau takut..?
Darka : Uuu.. *menganggukkan kepala*
Rheeva
menjitak kepala Darka.
Rheeva : Kau kan kuat. Jangan takut,
dong! Dasar bodoh.
Darka : Hum.. O!
Darka
menjadi bersemangat. Ia berjalan mendahului Rheeva. Rheeva hanya menghela nafas
sejenak lalu kembali menyusul Darka.
Rheeva : Seperti mengurus anak.
Haih..
Darka : E?
Rheeva : Oh, tidak ada apa-apa, kok.
Tak
lama kemudian, Rheeva dan Darka sampai di depan pintu kastil tersebut. Dinding
kastil yang berwarna hitam ini membuat Darka terdiam. Mulutnya terbuka lebar.
Rheeva : Heh, nanti ada lalat masuk
loh. Tutup mulutmu!
Darka : Aa.. A! *menutup mulutnya.
Rheeva : Ayo, masuk.
Rheeva
dan Darka berjalan memasuki kastil yang misterius ini. Berbeda dengan
penampilan luarnya, lampu-lampu kristal menyinari seluruh ruangan dalam kastil.
Darka terpesona. Menyadari hal tersebut, Rheeva menjitak kepala Darka lagi
dan menyeretnya menaiki tangga. Tiba-tiba muncul sekelompok pasukan menghadang
dari depan.
??? : Berhenti!
Darka : A..?
Rheeva : Akhirnya muncul lawan juga.
Ayo, Darka!
??? : Maju selangkah lagi maka kami
tak akan segan-segan!
Rheeva : Siapa takut?
Kembali
dalam sekejab, sekelompok pasukan itu berhasil dilewati Rheeva. Seakan tidak
ada yang terjadi, Rheeva kembali berjalan disusul Darka. Menyadari masih ada
sosok yang mengikuti dari belakang, Darka mengambil pedangnya lalu berbalik.
Ternyata sosok tersebut adalah Sifris, lelaki yang mereka temui kemarin.
Sifris : A.. Astaga. To..tolong
turunkan pedangmu Dar..ka..?
Rheeva : Loh? Sifris..? Sedang apa
kau disini?
Darka : A.. Umm.. *menundukkan
kepala isyarat meminta maaf*
Sifris : Tidak apa-apa. Haha.
Kudengar kalian memasuki tempat ini. Aku datang untuk menghentikan kalian.
Rheeva : Hah? Menghentikan? Kalau
begitu kau kembali saja sendiri.
Sifris : Loh, kenapa?
Rheeva : Kalau kau mau
menghentikanku, aku akan menjadi lawanmu.
Rheeva
memasang wajah seram yang membuat Sifris menjadi pucat dan mengangkat kedua
tangannya. Darka kembali terbelalak. Senyum Rheeva yang seperti iblis membuat
keringat kedua lelaki ini bercucuran dengan deras.
Sifris : O..oke.. Si..silahkan
lanjutkan perjalananmu dengan tenang..
Rheeva : Bagus! Ayo, Darka!
Darka : Um!
Sifris : Tapi aku tidak tenang
melihat kalian berdua saja. Bagaimana kalau aku bergabung?
Rheeva : Tidak terima kasih.
Sifris : Loh? Kenapaaa??? Kau mau
membiarkanku kembali sendirian?? Bagaimana kalau aku ditangkap?? Kau tidak
kasihan kepadaku??
Darka
mendecak kecil. “Cowok sialan, akting murahan! Kau mau merebut cewekku, ya?”
Pikir Darka. “Mana mau Rheeva menerima cowok sepertimu!” Lanjutnya.
Rheeva : Ah, ya sudahlah. Tapi aku
tidak mau menjamin keselamatanmu.
“Apa?!
Kenapa diterima?! Rheevaa!!!” Teriak Darka dalam hati.
Sifris : Oke! Akhirnya! Hohoho.
Rheeva : Awas kalau kau merepotkan!
Loh, Darka, kenapa?
Darka
memeluk tiang di sampingnya. Ia menggelengkan kepalanya.
Rheeva : Ya sudah, ayo jalan!
Sifris : Baik, tuan putri.
Sifris
mencium pipi kanan Rheeva. Rheeva terdiam. Darka yang tidak dapat menerimanya
menendang tiang yang dipeluknya lalu bersiap-siap untuk membunuh Sifris.
Darka : KAU.. APA.. YANG.. KAU..
LAKUKAN..?! BERSIAPLAH MENEMUI DEWA KEMATIAN! GROAAAAAAAAARRRR!!
Sifris : Eh? Loh? Uwaaaaa!!
Darka
mengejar Sifris dengan kedua pedangnya. Rheeva yang masih melamun bahkan tidak
menyadari bahwa Darka bisa berbicara. Ketika ia sadar, ia mengambil pedangnya
lalu bersiap-siap menghadang Sifris yang berlari ke arahnya. Aura yang
dikeluarkannya penuh dengan kemarahan yang akan meledak sedikit lagi.
Rheeva : Jadi kau sudah siap untuk
menanggung resiko, kan? Hehehe..
Sifris : Ku..kupikir kau tidak perlu
semarah i..TUUUU!!! UWAAAA!!
Rheeva : Rasakan! Rasakan! Rasakan!
Rheeva
terus menebas Sifris. Sifris terus berusaha menghindari tebasan-tebasan Rheeva.
Dari kejauhan, sesosok makhluk yang besar terus
memperhatikan mereka bertiga. Darka yang menyadari hal tersebut bergegas
menuju asal pandangan yang tidak mengenakkan itu. Tanpa disadari, Darka
terpisah jauh dari Rheeva dan Sifris.
***