Kamis, 06 September 2012

D'Riedest - Fourth Story




Rheeva : Loh, kemana Darka?
Sifris : Adududuh.. Sakit.. Eh, iya! Si bocah bisu itu hilang!
Rheeva : Ah sudahlah. Ayo kita cari!
Sifris : Baiklah, ayo cari bersama-sa..UWAAAA!!
Rheeva : Jangan mendekat lebih dari lima meter!
Sifris : A..ampun..
                Rheeva dan Sifris berjalan mengelilingi kastil tersebut. Rheeva berjalan di depan diikuti oleh Sifris. Tidak lama kemudian, Rheeva berhenti.
Rheeva : Sepertinya ini jalan yang salah.
Sifris : Kenapa begitu?
Rheeva : Tidak ada petunjuk keberadaan Darka sama sekali. Aneh.
Sifris : Kenapa tidak kita coba panggil dia saja? Darkaa!! Darkaaaa!!
Rheeva : Kau bodoh? Dia kan bisu.
Sifris : Eh..iya, yah.
                Rheeva menghela nafas. Setelah memandang langit-langit, ia menghentakkan kakinya.
Sifris : Kau ngapain?
Rheeva : Lihat saja sendiri
                Rheeva berlutut lalu menyentuh permukaan dengan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba muncul sebuah lingkaran mantera mengelilinginya. Dari lingkaran tersebut, beberapa makhluk kecil yang memiliki sebuah mata besar dan dua buah tanduk kecil beterbangan menjelajahi kastil Hillian ini.
Sifris : Loh..? Summon..?
Rheeva : Ya, summon. Kenapa?
Sifris : A.. Aku hanya tidak menyangka bahwa kau bisa menggunakan summon.
Rheeva : Aku hanya bisa menggunakan summon level kecil seperti ini. Sebenarnya sih, aku tidak terlalu bergantung pada summon. Tapi kali ini hanya karena darurat. Siapa tahu Darka dalam keadaan berbahaya.
Sifris : Hmm.. Sudah berapa lama kau mengenal Darka?
Rheeva : Baru beberapa hari.
Sifris : Kenapa kau begitu peduli dengannya?
Rheeva : Tidak boleh? Bukan urusanmu, kan?
Sifris : Kau suka dia?
Rheeva : Kau bodoh? Ah, sudahlah. Aku sudah tahu Darka dimana. Ayo, jalan!
                Sifris memasang ekspresi tidak senang. Ia mengerutkan alisnya. Rheeva hanya bersikap cuek dan terus berjalan menuju tempat Darka berada.
                Sesampainya di depan sebuah pintu yang besar, Sifris menggigil sejenak. Rheeva hanya bersikap tenang. Ia membuka pintu tersebut dan mendapati Darka yang telah membunuh sesosok makhluk besar dengan kedua pedangnya. Rheeva menggaruk-garuk kepala.
Rheeva : Dia bawahan Hillian?
Darka : Um!
Rheeva : Kenapa kau tidak bilang kalau kau menemukan bawahan Hillian. Ckck.
Sifris : Eum... Kupikir itu tidak masalah.
Rheeva : Tentu saja masalah! Aku ingin menyiksa Hillian dengan tanganku sendiri! Apa kau tahu bagaimana sensasi yang kita dapatkan ketika kita menyiksa makhluk-makhluk yang kita benci? *mata bersinar-sinar.
Sifris : Itu.. Soalnya.. *menunjuk ke belakang Rheeva.
                Rheeva berbalik.
Rheeva : A.. Wow..
                Segerombolan bawahan Hillian yang sosoknya seperti gorilla berwarna putih berlari dan bersiap untuk menyerang Rheeva, Darka, dan Sifris.
Rheeva : A.. Aerial Smash!
                Tebasan udara Rheeva tidak mempan mengenai gorilla-gorilla tersebut. Darka dan Sifris terdiam. Kemudian Darka berlari ke depan dan mencoba untuk menyerang. Tidak ada perbedaan, serangan Darka juga tidak mempan.
Darka : A...
Rheeva : Hee..? Ja..jangan bercanda...
Sifris : Su..sudah kukatakan kastil ini berbahaya! Lihat, seranganmu saja tidak mempan! Lihat, sekarang kita tidak bisa apa-apa!
Rheeva : Hah? Apa maksudmu?
Sifris : Eh?
Rheeva : Lizie Slash!
                Lizie Slash merupakan salah satu jenis serangan spesial karena serangan ini murni menggunakan kekuatan dari pedang Rheeva. Setengah gerombolan gorilla yang berada di depannya terbelah-belah dan menyisakan setengah gerombolan lagi.
Darka : Um.. A!
Rheeva : Apa? Kau mau menghabisinya?
Darka : Uu! *mengangguk.
Sifris : Sayang sekali, tetapi sekarang adalah giliranku.
                Sifris berlari dengan cepat hingga tak terlihat. Darka bingung. “Apa maksudnya?” Pikir Darka. Ketika Sifris kembali di hadapan Rheeva dan Darka, setengah gerombolan gorilla tersebut sudah tewas dan menumpuk di sudut ruangan.
Sifris : Fyuh, capeknya.
Rheeva : He..hei.. Kau hanya memerlukan tiga detik..?
Darka : ...... *terdiam.
Sifris : Ah, tidak. Tepatnya empat detik, kok.
Rheeva : Luar biasa! Baiklah, kau memang harus bergabung!
Darka : Gr.. Grr..
Rheeva : Eh, kau kenapa, Darka?
Darka : Huh! *memalingkan wajah.
Rheeva : Baiklah, apakah sudah semuanya di kastil ini?
Sifris : Kupikir sudah. Ayo pergi.
Rheeva : Huah, tidak seru. Hillian, mana pasukanmu? Hanya segini? Hahaha!
Darka : Ahahaa..
Rheeva : Kau tertawa?! Kau bisa tertawa?!
Darka : He? *pura-pura idiot.
Rheeva : Kubunuh kau..
Sifris : Heh, sudah! Jangan bertengkar!
Rheeva : Ayo beres-beres! Gild Town sudah be-res~
Darka : Um!
                Sementara itu, di sebuah bar yang merupakan pusat berita terbaru di Gild Town ini muncul sebuah rumor.
Penduduk A : Hei, katanya tuan Sifris sudah kembali, ya?
Penduduk B : Sepertinya begitu. Kemarin aku melihatnya di sebuah penginapan.
Penduduk A : Apa ia akan bertemu dengan bocah-bocah pengelana itu? Kalau ketemu, bocah-bocah itu pasti mati.
Penduduk C : Heh, jangan salah! Kudengar tuan Sifris sengaja membunuh bawahannya untuk bergabung dengan bocah itu!
Penduduk B : Apa?! Ah, pasti tuan Sifris punya rencana sendiri.
Penduduk A : Tentu saja begitu! Bagaimana pun juga, tuan Sifris itu kan salah satu dari tokoh penting Hillian.

Rabu, 29 Agustus 2012

D'Riedest - Third Story



Rheeva : Dua kamar.
Inn Keeper : Silahkan, ini kuncinya.
Rheeva : Ayo, Darka.
Inn Keeper : Tunggu! Kalian pendatang baru, ya?
Rheeva : Memangnya kenapa?
Inn Keeper : Mungkin kalian belum tahu, tapi berhati-hatilah! Jangan pernah pergi ke kastil yang ada di utara sana!
Darka : U.. Ah..?
Inn Keeper : Hah?
Rheeva : Maaf, dia tidak bisa bicara. Ada apa di kastil itu?
Inn Keeper : Disana markas orang Hillian. Selangkah saja kalian memasuki kastil itu, maka kalian akan dibunuh!
Rheeva : *mengabaikan. Darka, ayo istirahat, besok kita pergi ke sana.
Darka : Ee..?
Inn Keeper : Hei, kau dengar tidak apa yang kukatakan tadi??
Rheeva : Ha? Oh. Terima kasih infonya, sampai jumpa.
                Rheeva dan Darka menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya masing-masing.
Inn Keeper : ... Turut berduka cita untuk mereka.. *mengatupkan kedua tangannya*
                Pagi harinya, Rheeva dan Darka keluar dari penginapan tersebut dan berjalan menuju kastil yang terletak di utara Gild Town ini. Dengan santainya Rheeva memakan roti sebagai sarapan paginya sementara Darka terus melangkah dengan gugup.
Rheeva : Kau kenapa?
Darka : A..A..
                Wajah Darka pucat.
Rheeva : … Kau sakit..?
Darka : A! *menggelengkan kepala*
Rheeva : Atau.. kau takut..?
Darka : Uuu.. *menganggukkan kepala*
                Rheeva menjitak kepala Darka.
Rheeva : Kau kan kuat. Jangan takut, dong! Dasar bodoh.
Darka : Hum.. O!
                Darka menjadi bersemangat. Ia berjalan mendahului Rheeva. Rheeva hanya menghela nafas sejenak lalu kembali menyusul Darka.
Rheeva : Seperti mengurus anak. Haih..
Darka : E?
Rheeva : Oh, tidak ada apa-apa, kok.
                Tak lama kemudian, Rheeva dan Darka sampai di depan pintu kastil tersebut. Dinding kastil yang berwarna hitam ini membuat Darka terdiam. Mulutnya terbuka lebar.
Rheeva : Heh, nanti ada lalat masuk loh. Tutup mulutmu!
Darka : Aa.. A! *menutup mulutnya.
Rheeva : Ayo, masuk.
                Rheeva dan Darka berjalan memasuki kastil yang misterius ini. Berbeda dengan penampilan luarnya, lampu-lampu kristal menyinari seluruh ruangan dalam kastil. Darka terpesona. Menyadari hal tersebut, Rheeva menjitak kepala Darka lagi dan menyeretnya menaiki tangga. Tiba-tiba muncul sekelompok pasukan menghadang dari depan.
??? : Berhenti!
Darka : A..?
Rheeva : Akhirnya muncul lawan juga. Ayo, Darka!
??? : Maju selangkah lagi maka kami tak akan segan-segan!
Rheeva : Siapa takut?
                Kembali dalam sekejab, sekelompok pasukan itu berhasil dilewati Rheeva. Seakan tidak ada yang terjadi, Rheeva kembali berjalan disusul Darka. Menyadari masih ada sosok yang mengikuti dari belakang, Darka mengambil pedangnya lalu berbalik. Ternyata sosok tersebut adalah Sifris, lelaki yang mereka temui kemarin.
Sifris : A.. Astaga. To..tolong turunkan pedangmu Dar..ka..?
Rheeva : Loh? Sifris..? Sedang apa kau disini?
Darka : A.. Umm.. *menundukkan kepala isyarat meminta maaf*
Sifris : Tidak apa-apa. Haha. Kudengar kalian memasuki tempat ini. Aku datang untuk menghentikan kalian.
Rheeva : Hah? Menghentikan? Kalau begitu kau kembali saja sendiri.
Sifris : Loh, kenapa?
Rheeva : Kalau kau mau menghentikanku, aku akan menjadi lawanmu.
                Rheeva memasang wajah seram yang membuat Sifris menjadi pucat dan mengangkat kedua tangannya. Darka kembali terbelalak. Senyum Rheeva yang seperti iblis membuat keringat kedua lelaki ini bercucuran dengan deras.
Sifris : O..oke.. Si..silahkan lanjutkan perjalananmu dengan tenang..
Rheeva : Bagus! Ayo, Darka!
Darka : Um!
Sifris : Tapi aku tidak tenang melihat kalian berdua saja. Bagaimana kalau aku bergabung?
Rheeva : Tidak terima kasih.
Sifris : Loh? Kenapaaa??? Kau mau membiarkanku kembali sendirian?? Bagaimana kalau aku ditangkap?? Kau tidak kasihan kepadaku??
                Darka mendecak kecil. “Cowok sialan, akting murahan! Kau mau merebut cewekku, ya?” Pikir Darka. “Mana mau Rheeva menerima cowok sepertimu!” Lanjutnya.
Rheeva : Ah, ya sudahlah. Tapi aku tidak mau menjamin keselamatanmu.
                “Apa?! Kenapa diterima?! Rheevaa!!!” Teriak Darka dalam hati.
Sifris : Oke! Akhirnya! Hohoho.
Rheeva : Awas kalau kau merepotkan! Loh, Darka, kenapa?
                Darka memeluk tiang di sampingnya. Ia menggelengkan kepalanya.
Rheeva : Ya sudah, ayo jalan!
Sifris : Baik, tuan putri.
                Sifris mencium pipi kanan Rheeva. Rheeva terdiam. Darka yang tidak dapat menerimanya menendang tiang yang dipeluknya lalu bersiap-siap untuk membunuh Sifris.
Darka : KAU.. APA.. YANG.. KAU.. LAKUKAN..?! BERSIAPLAH MENEMUI DEWA KEMATIAN! GROAAAAAAAAARRRR!!
Sifris : Eh? Loh? Uwaaaaa!!
                Darka mengejar Sifris dengan kedua pedangnya. Rheeva yang masih melamun bahkan tidak menyadari bahwa Darka bisa berbicara. Ketika ia sadar, ia mengambil pedangnya lalu bersiap-siap menghadang Sifris yang berlari ke arahnya. Aura yang dikeluarkannya penuh dengan kemarahan yang akan meledak sedikit lagi.
Rheeva : Jadi kau sudah siap untuk menanggung resiko, kan? Hehehe..
Sifris : Ku..kupikir kau tidak perlu semarah i..TUUUU!!! UWAAAA!!
Rheeva : Rasakan! Rasakan! Rasakan!
                Rheeva terus menebas Sifris. Sifris terus berusaha menghindari tebasan-tebasan Rheeva. Dari kejauhan, sesosok makhluk yang besar terus  memperhatikan mereka bertiga. Darka yang menyadari hal tersebut bergegas menuju asal pandangan yang tidak mengenakkan itu. Tanpa disadari, Darka terpisah jauh dari Rheeva dan Sifris.

***

Minggu, 19 Agustus 2012

D'Riedest - Second Story




Rheeva : Hey! Jangan lama-lama!
Darka : Umm..I..
Rheeva : Ah sudahlah. Susah sekali bicara dengan orang bisu. *menggelengkan kepala.
Darka : A..a.. *menundukkan kepala.
Rheeva : Hutan ini sangat luas, loh. Kalau tidak cepat-cepat nanti kau akan kutinggal!
Darka : Um, umm..Aaaa!
Rheeva : Heh? Ada apa? Apa yang terja..be..beruang..?
Darka : Hu..hu..a..
Rheeva : Se..sesekali ngomong yang jelas dong. Sebenarnya apa yang sedang kau katakan, sih? *memegang kepala.
Rheeva mengambil pedangnya yang tajam dan tampak seperti baru saja diasah. Dengan santainya iya melancarkan suatu serangan yang tidak terlihat lalu berbalik. Setelah berjalan satu langkah, beruang yang cukup besar itu terbelah-belah hingga tanpa sisa. Tetap sesuai dengan julukannya, darah-darah beruang itu berpencaran entah kemana-mana hingga wilayah sekitarnya penuh dengan darah. Darka hanya menggigit jari melihatnya.
Malam hari pun tiba. Rheeva dan Darka mendirikan dua buah tenda di tengah hutan yang luas tersebut. Satu tenda untuk Rheeva dan satunya lagi untuk Darka. Di depan tenda terdapat sebuah api unggun yang sedang ditatapi oleh Rheeva dan Darka. Rheeva menatap Darka sejenak.
Rheeva : Sebenarnya darimana asalmu? Kenapa kau tidak bisa bicara?
Darka : Aa..
                Darka menggambar suatu pola di tanah. Pola aneh yang tampak sangat asing itu terlihat seperti gambar lingkaran dengan lima buah bintang di dalamnya yang berjajar ke bawah. Di samping kiri dan kanan terdapat bulan sabit. Rheeva yang awalnya masih bingung akhirnya tahu arti pola tersebut.
Rheeva : Jadi kau berasal dari daerah Sivh?
Darka : *mengangguk cepat.
Rheeva : Kenapa kau tidak bisa bicara? Lama-lama aku jadi kesal sendiri *menggaruk-garuk kepala.
Darka : A..aku..
                Rheeva terlompat.
Rheeva : I..itu kau barusan.. Coba, bicara lagi!
Darka : A..
Rheeva : Ah, sudahlah. Aku menyerah. Sekarang sebaiknya kita tidur saja. Besok kita harus segera menuju Gild Town.
Darka : Umm..
                Rheeva masuk ke tendanya tanpa sepatah katapun dan terlelap dalam sekejab. Darka hanya menundukkan kepala saja. Matanya memancarkan kesedihan yang entah berasal darimana. Setelah memandang tenda Rheeva sejenak, ia masuk ke dalam tendanya sendiri dan tidur.
                Pagi hari tiba. Rheeva dan Darka melanjutkan perjalanan hingga keluar dari hutan itu. Mereka berjalan mengikuti papan pengarah jalan. Tiba-tiba, Darka terjatuh.
Darka : Aduh!
                Rheeva kembali terlompat.
Rheeva : Ta..tadi..tadi kau bilang “aduh”, kan?!
Darka : A..a.. Umm..?
Rheeva : ...Ah, sudahlah. Imajinasiku saja. Bodoh sekali aku terus mengharapkan ia dapat berbicara.
                Darka hanya terdiam. Sebenarnya tadi sangat jelas ia mengatakan kata “Aduh”. Kemarin malam ia juga dapat mengatakan “Aku” dengan lancar dan jelas.
Rheeva termenung. Ia mengira bahwa ia akan mendapatkan partner baru yang kuat dan bisa diajak untuk bekerjasama. Tapi ternyata perkiraannya salah. Kuat sih, kuat. Tapi kalau diajak untuk bekerjasama tampaknya sulit.
Setelah berjalan kurang lebih satu kilometer, papan penunjuk berikutnya menunjukkan arah kiri. Tapi ketika menyadari adanya suatu simbol di bagian belakang papan tersebut, Rheeva berbalik. Darka tetap mengikuti dari belakang. Setelah Rheeva perhatikan dengan teliti, ia terjatuh seakan tenaganya hilang. Darka berlari mendekati Rheeva.
Darka : Rhe..A!
Rheeva : Simbol itu..simbol..
Darka : A? *memandangi simbol tersebut.
Rheeva : Hillian. Mereka..ada disini. Akhirnya, akhirnya aku mendapatkan jejak mereka!
Darka : Hi..Hilli..?
Rheeva : Hillian itu suatu organisasi jahat yang besar. Itu organisasi yang harus dihancurkan! Itulah alasan mengapa aku berkelana, yaitu untuk menghancurkan Hillian! Darka, kau mengerti? Jika kau melihat anggota Hillian, jangan segan-segan untuk membunuhnya!
                Darka tampak ketakutan. Tapi akhirnya ia mengangguk.
Rheeva : Ayo, jalan!
                Tidak lama setelah kembali mulai berjalan, akhirnya mereka berdua sampai di Gild Town. Rheeva dan Darka memasuki kota yang tampak sederhana itu dengan santainya. Rumah-rumah besar terdapat di bagian utara kota dan rumah-rumah sederhana di bagian selatan dibatasi dengan sebuah sungai yang panjang dan tampak sangat jernih. Sebuah jembatan yang terbuat dari kayu yang disusun rapi menghubungkan kedua bagian kota ini. Toko senjata, baja, sihir, dan juga obat-obatan berjajar di belakang sebuah penginapan yang sederhana. Di seberang sebelah barat juga terdapat bar yang sederhana tetapi selalu penuh.
                Memang tidak salah jika Gild Town ini disebut-sebut sebagai kota yang sempurna. Bahkan setiap orang yang berpas-pasan selalu bertegur-sapa walaupun dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Kota yang bisa dikatakan mampu menampung lebih dari seratus orang ini memiliki keistimewaan pada penduduknya yang tampak saling mengenal satu sama lain tanpa pengecualian.
                Rheeva dan Darka hanya dapat terkagum-kagum melihat keadaan Gild Town ini. Mereka berjalan ke penginapan dan memesan dua kamar. Ketika mereka sedang berjalan menuju ke kamar masing-masing, Rheeva dengan tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang tampak seumuran dengan dan Darka.
Rheeva : Aduh!
??? : Aw. Maaf, aku tidak lihat ada orang. Kau tidak apa-apa?
                Laki-laki yang ditabrak oleh Rheeva ini memiliki sepasang mata dan alis berwarna biru tetapi rambutnya berwarna biru tua. Matanya runcing seperti kucing tetapi tipis. Ia mengenakan sebuah kaos dan celana panjang hingga tampak normal. Dibandingkan dengan Darka yang bermata merah besar berkacamata dan rambutnya yang berwarna merah tua, sepertinya laki-laki itu tampak sedikit lebih memikat dengan keistimewaan mata kucingnya itu.
Rheeva : Ya, aku baik-baik saja. Permisi.
??? : Tunggu! Kalian berdua tampak asing disini. Apa kalian pengelana?
Rheeva : Apa urusannya denganmu? Harap minggir.
??? : Namaku Sifris. Lengkapnya Sifris Star. Kupikir kalian tahu apa itu Hillian, bukan?
Rheeva : Tahu. Lalu kenapa?
Sifris : Apa kalian tidak tahu bahwa seluruh kota ini sudah dikuasai Hillian?
Rheeva : Setengah tahu. Terus?
Sifris : Kenapa kalian masih mau kesini?
Rheeva : Karena kedatanganku kemari adalah untuk menyingkirkan orang-orang bodoh Hillian itu. Kau mengerti? Sekarang enyah dari hadapanku!
Sifris : Eh sebentar! Apa katamu tadi? Orang Hillian bodoh? Hahaha! Kau gadis yang menarik! Aku suka padamu. Siapa namamu?
Rheeva : Rheeva Bloodist. Dia Darka Warken.
Sifris : Nama kalian berdua menarik. Baiklah, sampai jumpa lain waktu.
Rheeva : Orang aneh.
               

Minggu, 15 Juli 2012

D'Riedest - First Story


Panseda Island. Adakah seorang diantara kalian yang pernah mendengar nama pulau ini? Tentu saja tidak. Pulau ini tidak tergambarkan pada peta. Mungkin karena..pulau ini tidak terlihat..? Ya, itu benar!

Nah, kita mulai darimana ya..? Ya sudahlah, kalau basa-basi lagi nanti keburu sampai satu halaman! Ceritanya bermula pada suatu hati di istana Shez, hiduplah seorang putri yang (mungkin) bisa dikatakan cantik, anggun, dan menawan. Rambutnya berwarna pirang dengan bola mata berwarna merah dan menggunakan gaun layaknya putri pada normalnya. Putri ini sangat memperhatikan rakyatnya. Oleh karena itu ia sangat sedih ketika mendengar akhir-akhir ini sangat banyak kasus kejahatan yang disebabkan oleh satu organisasi rahasia.

Ketika ia beranjak memasuki usia 9 tahun, pada saat itu ia sangat senang karena hari itu adalah hari ulang tahunnya yang ke sembilan dan orang tuanya berjanji akan memberikan sebuah kejutan istimewa untuknya. Tidak sabar menunggu, putri cilik yang bernama Varin Sheliz ini menerobos masuk ke dalam kamar ayah dan ibunya. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat ayah dan ibunya sedang memimpin rapat sebuah organisasi rahasia tersebut. Sempat terdiam sebentar, tapi akhirnya ia langsung berlari pergi meninggalkan istana. Tidak ada seorangpun yang tahu kepergiannya karena ia melakukannya secara rahasia.

Siapa sangka, dalam perjalanannya pergi merantau ia diculik oleh seseorang. Dan yang menculiknya adalah seorang dayang istana yang berambisi sama seperti Varin, yaitu menjadi kuat dan membasmi, menghancurkan, bahkan memusnahkan kejahatan. Maka Varin dibawa pergi ke suatu tempat yang sangat jauh dari kerajaan. Sejak saat itu Varin mulai berlatih dan menjalankan tugas untuk membasmi kejahatan.

***
Empat tahun kemudian, kini sang putri cilik telah berusia tiga belas tahun. Kini namanya bukan lagi Varin Sheliz, melainkan Rheeva Bloodist. Ia juga dijuluki dengan sebutan Blood Hunter. Bukan berarti ia merupakan seorang vampire, tetapi karena setiap selesai bertarung maka tempat yang dijadikannya sebagai arena pertarungan selalu penuh dengan darah. Sementara dayang istana bernama Anny Savariz yang pada waktu itu menculik Varin tidak ikut bertualang bersamanya lagi. Anny memilih untuk berpencar dengan Varin dan membasmi kejahatan di setiap tempat yang mereka lewati.

Suatu hari, Varin sedang melewati sebuah hutan yang dinamai dengan Sevra Forest oleh warga sekitar. Ia berjalan dan berjalan mencari para bandit yang kabarnya terus merampok warga-warga. Tiba-tiba ia merasakan kehadiran beberapa orang yang semakin lama semakin mendekat. Varin segera mengambil senjatanya yang berupa sebuah pedang yang sangat tajam. Ketika beberapa orang tersebut hampir mendekati Varin, Varin mengangkat pedangnya dan.. Oh tidak! Ternyata ada seorang lelaki yang bukan bandit. Hampir saja Varin membunuh mereka semua. Tapi karena Varin menghalangi jalan mereka, maka seorang lelaki seumuran dengan Varin yang sedang dikejar oleh gerombolan bandit tersebut menabrak Varin dan terjatuh. Lelaki tersebut tampak berusaha untuk mengatakan kata maaf, tapi tidak terdengar sama sekali. Oleh karena itu, Varin menganggapnya bisu. 
Varin : Tidak apa-apa. Bangun dan pergi.

Lelaki itu hanya mengangguk dan bersembunyi di balik sebuah pohon yang sangat besar. Varin tampak tidak peduli dengan apa yang dilakukan pemuda itu. Ia berdiri di tengah-tengah kepungan bandit tersebut dan memusatkan tenaga pada pedangnya.

Bandit : Haha! Makanya jangan sok jadi pahlawan! Rasakan ini, HIYA..

Varin : Atan Dancing.

Varin menebas satu putaran udara di sekelilingnya. Tebasannya seakan membentuk gelombang yang meluas. Para bandit itu menabrak pohon lalu terjatuh dan terluka parah sementara lelaki yang dikejar oleh bandit-bandit itu tadi memeluk pohon agar tidak terlempar jauh.
Varin : Finishing, Blood Rain.

Kali ini Varin hanya menebas udara satu kali ke depan lalu beberapa saat kemudian seluruh tubuh para bandit itu terbelah-belah menjadi banyak bagian dan terjadilah hujan darah. Lelaki itu hanya terdiam melihat aksi Varin.
Varin : Lain kali hati-hati, jangan sampai berurusan dengan orang seperti mereka. Kau tidak apa-apa?
??? : *mengangguk.
Varin : Ya sudah kalau begitu. Kau masih muda, latih dirimu agar menjadi kuat. Dunia tidak sebaik yang kau kira. Sekarang pulanglah ke rumahmu. 
??? : a..a..A!
Varin : Apa? Kau mau bilang apa?
??? : Ukh..A..Na..na..ma..
Varin : Mungkinkah maksudmu kau menanyakan namaku?
??? : *mengangguk.
Varin : Rheeva. Rheeva Bloodist. Kau boleh memanggilku Blood Hunter.
??? : *kembali mengangguk.
Varin atau yang saat ini akan kita panggil dengan Rheeva berbalik dan berjalan meninggalkan pemuda itu. Sementara pemuda itu tampak terpesona melihat Rheeva. “Cantik sekali..apakah.. ini yang dinamakan.. jatuh cinta..?” pikir pemuda itu dalam hati.

Selanjutnya Rheeva berjalan menelusuri hutan tersebut. Sampai akhirnya ia berhenti di tepi sungai yang panjang. Rheeva mengambil air dari sungai itu dan mencuci wajahnya. Tiba-tiba, segerombolan orang yang tampak seperti kawanan bandit yang lain muncul dan berusaha untuk membunuh Rheeva. Rheeva dengan santai mengambil pedangnya, tapi sepertinya ada seseorang yang mendorongnya hingga Rheeva jatuh ke dalam sungai dan tenggelam. 

“Kurang ajar! Siapa yang mendorongku!?” pikir Rheeva. Seraya memikirkan hal tersebut, Rheeva berenang menuju permukaan.

Ketika Rheeva sampai ke permukaan, ia menyaksikan sebuah pertarungan antara seorang manusia dengan gerombolan bandit yang tadi mengincarnya. Pertarungan yang sangat hebat. Tapi, suasana pertarungannya sangat gelap dan mencengkram. Pertarungan itu selesai dalam waktu lebih singkat dibandingkan Rheeva. Rheeva terdiam. Ia segera naik ke daratan dan bergegas melihat wajah orang itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat si bisu yang berada di tengah-tengah gerombolan bandit itu tadi.
Rheeva : Jadi kau yang melakukan semua itu tadi?
??? : A..! *menggeleng.
Rheeva : Jangan bohong!
??? : U..u.. *tetap menggeleng.
Rheeva : (Ia pasti berbohong.) Siapa namamu?
??? : A..Ze..zeh..Zesh..
Rheeva  : … Aku tidak mengerti. Sudahlah, bagaimana kalau kau menggunakan nama baru saja? Darka  Warken. Dari kata Dark War.

??? : A! *mengangguk dengan cepat.
Rheeva : (Dia sangat kuat.) Bagaimana? Mau ikut denganku berkelana dan menumpas kejahatan?

??? : (Kesempatan untuk mendapatkan hatinya!) *mengangguk.

Rheeva : Siapkan dirimu.

***

Senin, 18 Juni 2012

Rienum Island_First Story



First Story
Claire and Harry



“Musnah kau, Merald!!” Teriak seorang gadis.

kau akan kukutuk….” Balas seorang dari bangsa Merald tersebut.

Gadis ini memakai baju berlengan panjang yang berwarna hitam, celana panjang hitam, dan masker untuk menutup mukanya yang juga berwarna hitam, seperti ninja. Nama gadis ini adalah Claire. Gadis ini baru saja membunuh salah satu anggota dari bangsa Merald. Walaupun sekarang ia tampak seperti ninja perempuan, akan tetapi, di pagi hari ia akan menjadi anak sekolah biasa.

Pada pagi hari…

“Selamat pagi temen-temen…!” seru Claire.

“Selamat pagi Claire!!” jawab teman-teman Claire.

Kurang lebih 10 menit kemudian bel berbunyi. Ibu Guru masuk ke dalam kelas. “Anak-anak, hari ini kita kedapatan murid baru.” ujar Ibu guru. “nah, Harry, silahkan masuk.”

Seorang anak laki-laki masuk ke dalam ruangan kelas. Laki-laki itu tinggi dan juga tampan. “hai, selamat pagi semuanya. Namaku Harry. Salam kenal dan mohon bantuannya.” jelas anak laki-laki itu. Semua anak perempuan serentak maju ke depan untuk bertanya-tanya kepada laki-laki itu, kecuali Claire.

Ada juga yang berani bertanya, “Harry, seperti apa tipe perempuan yang kamu suka?” tanya perempuan tersebut. Harry pun menjawab, “ng… aku suka perempuan yang berambut panjang, imut, pintar, dan tidak terlalu pendek. Yah, seperti itulah..”

Dalam sekejab, semua anak perempuan berteriak histeris, “KYAA!!”. Selain itu, muka Claire juga berubah menjadi merah. Tentu saja satu kelas menjadi heboh. Sebab, ciri-ciri yang disebutkan oleh Harry itu tepat serupa dengan ciri-ciri dari Claire. Harry yang pintar, dapat langsung menangkap alasan mengapa satu kelas itu bisa berteriak sehisteris itu.

“Harry, silahkan duduk di… di bangku kosong samping Claire.” perintah Ibu Guru dengan wajah memerah. “baik, Bu” jawab Harry.

“kring..kring…” bel berbunyi. Waktu istirahat pun dimulai. Harry memanggil Claire untuk berbicara di dekat lapangan sekolah mereka. Claire menyetujuinya dengan terpaksa. Lalu, Claire mengikutinya ke lapangan kosong di samping sekolah mereka yang sangat luas itu.

“Claire, aku tahu, kamu itu salah satu anggota bangsa Phirre, ‘kan?” tanya Harry sambil bersandar di dinding dengan santainya.

“Hah?? A… Apa maksudmu..? A… aku tidak mengerti..” jawab Claire dengan gugupnya.

“Haha.. Ga usah gitu deh! Aku tahu kok…”

“ ta… tapi..”

“Jangan panik seperti itu.. aku juga salah satu anggotanya..”

“HAH!?”

“kaget?”

“be… begitulah…”

“Aku diperintahkan oleh Profesor untuk memberitahukan padamu, bahwa nanti malam kamu harus ke markas besar karena ada rapat.”

“oh begitu.. baiklah…”

“ya sudah, itu saja. Kalau begitu, aku pergi ke kantin dulu ya. Laper…”

“iya-iya… eh, sebenarnya apa sih alasan kamu pindah sekolah ke sini?”

“hah? Kamu belum tahu? Mulai sekarang aku dan kamu satu kelompok.”

“satu kelompok? Dalam rangka apa?”

“Susah dijelaskan di sini… Tanya saja pada kakekmu”

“pelit..”

Lima menit kemudian bel tanda istirahat telah selesai berbunyi. Siswa-siswi kembali ke tempat duduk masing-masing, begitu juga Claire dan Harry. Pada saat Claire melihat isi laci mejanya, ada sebuah surat di dalamnya. Isinya adalah surat dari Asti, teman sekelas Claire. Asti memintanya untuk bertemu dengannya seusai pulang sekolah.

Saat pulang sekolah, Claire langsung pergi menuju ke gedung belakang sekolah untuk menghadiri tantangan dari Asti.

“Asti, aku sudah datang. Keluarlah!” panggil Claire. Akan tetapi, tidak ada jawaban sama sekali.  Tiba-tiba, teman-teman Asti muncul dari belakang dan langsung membungkam mulut Claire dengan saputangan yang sudah dibubuhi dengan obat bius. Claire yang merupakan anggota bangsa Phirre tidak mungkin bisa terjebak oleh tipuan murahan seperti itu. Ia dapat meloloskan diri dengan mudah.

Asti yang menyadari bahwa rencananya tidak berhasil, langsung kabur secara diam-diam. Akan tetapi, tiba-tiba Harry muncul dan menghadangnya. Ternyata, Harry telah mengikuti Claire dari tadi. Claire yang sadar akan hal itu, langsung menghampiri Harry dan memarahinya

“kenapa kamu mengikutiku!?!”

“hah? Memangnya ga boleh, ya?”

“uh… sial…(cemberut)”

Tanpa mereka sadari, Asti telah berbalik dan dari belakang mengambil pisau lalu menghampiri Claire dengan cepat.

“Claire, awas!!!” teriak Harry

“hah?” katanya seperti orang bodoh.

Karena Harry berpikir bahwa sepertinya tidak akan sempat, Harry langsung melindungi Claire. Akibatnya, perut Harry lah yang tertusuk pisau. Darah mengucur deras  dari perut Harry. Asti tampak kaget. Claire menghampiri Asti dan menghardiknya.

“kenapa kamu lakukan ini? Sebenarnya apa salahku padamu??”

Asti terdiam.

“jawab pertanyaanku!”

“cih! Sederhana saja. Karena, aku iri padamu yang akrab dengan Harry! Kenapa harus kamu? Kenapa bukan aku saja? Aku juga ingin berada di dekat Harry!”

“huh! Hanya itu? Hanya karena itu saja alasannya sampai-sampai harus Harry yang terluka?”

“A.. Aku tidak bermaksud begitu! Aku…”

“PLAAK” sebuah tamparan mendarat di pipi Asti. Claire menampar Asti sambil menangis dengan tatapan iba.

“Dasar bodoh! Kau hanyalah makhluk rendahan yang tega membuat orang lain menderita hanya untuk mencapai kesenanganmu sendiri !”

Asti yang mendengar perkataan Claire, langsung pergi tanpa berkata apapun. Teman-temannya berlari mengikuti. Claire segera memapah Harry dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat.

Sampai di rumah sakit, Harry langsung dirawat. Luka yang ia dapati membuatnya harus di-opname di rumah sakit selama seminggu.